Terima Kasih Telah Pergi~

Hi kamu..

Surat kali ini kembali kutujukan kepada kamu sebagai ucapan terima kasihku.

Pertama-tama biarkan saya bertanya dulu.
Kamu bahagia selama tidak denganku? Sudah menemukan yang kamu cari?

Baiklah..
Awalnya, berakhir atau lebih tepatnya putus darimu memang menjadi suatu musibah bagiku, hari-hari yg dulunya berwarna seketika menjadi awan gelap yang siap menumpahkan hujannya kapan saja..
Awalnya, kuakui saya kecewa, teramat kecewa malah tapi tidak pernah sampai membencimu.
Keputusanmu hari itu untuk mengakhiri kita, sungguh hanya kuanggap sebagai lelucon penggodamu, tapi ternyata tidak, kita betul-betul berakhir setelah jalan panjang bebatuan yang kita tempuh.. Saya seharusnya membencimu waktu itu dan tidak lagi memberimu ruang di hatiku tapi saya terlalu lemah untuk melawanmu, berulang kali kamu datang justru kuanggap sebagai cahaya untuk kita kembali menyatu, khayalanku terlalu tinggi hingga harus kubenturkan kepalaku ke tembok agar sadar kamu milik yang lain, kamu mempermainkanku. Sekali lagi, harusnya saya membencimu..

Tapi bagiku, kebencian hanya menyakiti diriku sendiri.. Saya tidak ingin hati yang selama ini kumiliki ternoda hanya karena rasa benciku padamu, bukankah hati yang buruk maka buruk pula yg lain? Itu yg tidak saya inginkan..

Tapi baik padamu, juga menyakiti diriku sendiri, berpura-pura tegar setiap kali melihatmu lalu lalang disampingku sungguh ujian sabar yg luar biasa. Saya harus tetap tersenyum meski airmataku sedang ingin mengalir tanpa jeda.
Baik padamu juga menjadi bom untuk diriku sendiri, kecaman dari orang-orang sekitarku sudah seperti alarm yg selalu mengingatkanku. Tidak sedikit yg memprotesku, tidak sedikit yg menyebutku keras kepala.. Tapi terima kasih kepada kalian semua yang selalu siap mengomentariku, itu artinya kalian peduli.

Tanpamu tak pernah mudah terlebih ketika saya juga harus kehilangan motorku waktu itu. Saya terpaku dengan kebiasaan kita. Karena mengubah kebiasaan itu yang sulit. Saya jatuh berkali-kali dan setiap kali jatuh saya harus merangkak lagi, dukungan dari yang menyayangiku kujadikan motivasi untuk tetap hidup, untuk tetap berjalan tanpa kamu, sekali lagi seharusnya saya membencimu.

Sampai hari ini, setelah perjalanan panjang nan melelahkan, saya justru ingin berterima kasih padamu. Kepergianmu bukan lagi kuanggap musibah tapi peluang untukku menemukan yang lebih baik. Meski kuakui saya mungkin terlalu lama menyadarinya. Karena kamu, saya akhirnya menghabiskan berjam-jam waktuku untuk membaca novel yang tidak jarang membuatku merasa ingin mati saja dan kemudian berucap saya tak sendiri banyak perempuan diluar sana yg nasibnya sama denganku. Karenamu kuhabiskan waktuku berjam-jam duduk manis menuliskan tentang kita, pada akhirnya kamu menjadi inspirasiku menulis. Karenamu, hal-hal yang tidak pernah bisa kulakukan menjadi bisa kulakukan. Karenamu saya menyibukkan diri. Karenamu saya menjadi lebih mandiri. Karenamu saya menjadi lebih bijaksana.. Dan karena kepergianmu saya menjadi hobby jalan-jalan, sebab berdiam diri justru menjadi wadah mengingatmu, waktu senggang selalu menyeretku ke masa lalu. Sungguh kamu adalah ujian sabar dan ikhlas bagiku.

Terima kasih karena dulu telah mencintai saya. Terima kasih karena dulu selalu mendampingi saya dimanapun. Terima kasih karena dulu selalu memperhatikan kesehatanku. Terima kasih untuk dua tahun lebih kebersamaan kita yang tidak mudah. Terima kasih untuk semua pemberianmu baik benda atau apapun terlebih waktumu yang mungkin tidak bisa kubalas. Rasanya semua ucapan terima kasihku waktu itu sudah kamu favoritekan di akun twittermu.
Dulu, kita berhasil membuat orang lain iri, dan membuat saya merasa jadi perempuan yg beruntung karena memiliki laki-laki sepertimu. Tapi itu dulu. Kamu lelaki yang baik, penuh perhatian tapi untuk urusan perasaan kamu bukan lelaki yang bertanggung jawab, maafkan saya harus mengatakan ini.

Sekarang, ayo berpetualang di dunia kita masing-masing. Kamu dengan perempuanmu dan saya dengan lelaki yang akan Tuhan kirimkan untukku..

Menunggumu yang pergi sudah terlalu menyita banyak waktuku, maka menunggu yang akan datang mungkin takkan lagi sesulit dan semelelahkan waktu saya menunggumu..

Seseorang pernah mengirimiku gambar yang bertuliskan “Jodoh udah ada yang atur, dekati aja yang ngaturnya” akhirnya membuat saya semakin ingin mendekati-Nya, memintanya dari sang pencipta-Nya untuk menjadi ladang amalku di dunia, semoga perkara yang satu ini dimudahkan.. Amin

Terima kasih semesta..
Life must go on..

Tertanda
Yang kamu tinggalkan,.

Leave a comment